Senin, 23 Februari 2009

Cangkir yang Cantik

 

 

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja ke sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, itu cangkir tercantik yang permnah akau lihat,” ujar si kakek.

            Saat mereka mendekati cangkir itu, ti\ba-toba cangkir yang dimaksud berbicara. “ terima kasih untuk perhatiannya. Perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyak\alh seonggok tanh liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang perajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputa.

            Kemudian ia mulai memutar-mutar hingga aku merasaa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, tetapi orang itu berkata, “Belum!” Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teeriakanku. Bahkan lebih buruk lagiia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi ornagn ini berkata, “Belum!”

            Akhirnya, ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku piokir selesailah penderitaanku. Oh, ternyata belum. Setelah dingin, aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak.

            Wanita itu berfkata, “Belum!” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang itu tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

            Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampur tidak percaya karena di hadapanku berdiri sebi\uah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku kini.

              Saudaraku, seperti itulah Allah swt. membentuk kita. Pada saat Allah swt. membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi, itulah cara mengubah kita agar menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

            Saudaraku, anggaplah sebagai kebahagiaan apabila kita jatuh ke dalam berbagai cobaan, sebab kita tahu bahwa ujian menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kita menjadi sempurna, utuh, dan tak kekurangan suatu apapun.

            Apabila kita sedang menghadapi ujian hidup, jangan berkecil hati karena Allah swt. sedang membentuk kita. Bentukan-bentukan itu memang menyakitkan, tetapi setelah proses itu selesai, kita akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk kita.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar