Kamis, 27 November 2008

MERAJUT UKHUWAH UNTUK KEMENANGAN DA'WAH

Saudaraku...



Dalam suatu riwayat Rasul pernah bertanya kepada para shahabatnya :



" Maukah kalian aku tunjukan akhlaq yang paling mulia di dunia dan akhirat ? Memberi maaf orang yang menzalimi kita, memberi orang yang menghaangi kita, dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskan kita. (HR. Baihaqi)



"Man Ahabba ayyyubsatho lahuu fii rizqihii wayunsa alahu fii atsarihii falyashil rohimah"



"Maukah kalian aku tunjukan amal yang lebih besar pahalanya dari pada shalat dan shaum? Sahabat menjawab, Tentu saja. Rasulullah SAW pun kemudian menjelaskan "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaran yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok organisasi Islam dimasyarakat dan mengukuhkan ukhuwah diantara mereka, semua itu adalah amal yang besar pahalanya".



(kembali kehadits tadi).



Saudaraku dari hadits diatas tadi dapat kita renungkan bahwa betapa besar nilai sebuah jalinan persaudaraan, karena itu memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah merupakan salah satu tugas penting bagi kita.



Lalu bagaimanakah agar ruh ukhuwah tetap kokoh? Rahasianya ternyata terletak pada sejauhmana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki kalbu yang bening, bersih dan selamat. Karena kalbu yang kotor dipenuhi sifat iri, dengki, hasud, dan buruk sangka, hampir dapat dipastikan akan membuat sipemiliknya melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang justru dapat merusak ukhuwah, Mengapa ? sebab bila diantara sesama muslim saja sudah saling berburuk sangka, saling iri, dan saling mendengki, bagaimana mungkin akan tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah ?



Sekali lagi saudaraku adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak memiliki kemuliaan akhlaq ? tentu saja tidak ! kemulian akhlak tidak pernah berpadu dengan hati yang penuh iri, dengki, ujub, riya, dan takabbur. Di dalam kalbu yang kusam dan busuk inilah justru tersimpan benih-benih tafarruq (perpecahan) yang mengejewantahkan dalam aneka bentuk permusuhan dan kebencian terhadap sesam muslim.



Dengan demikian bila ada dua suku berseteru, setidaknya satu diantara mereka adalah manusia bermental rendah dan hina karena (mungkin) merasa sukunya lebih tinggi derajat kemuliannnya, bila dua keluarga tak bertegur sapa, sekurang-kurangnya salah satunya telah terselimuti hawa nafsunya, sehingga menganggap permusuhan adalah satu-satunya langkah yang bisa menyelesaikan masalah.



Selanjutnya tanyakanlah pada diri masing-masing. Adakah kita saat ini tengah merasa tidak enak hati terhadap adik, kakak, atau bahkan ayah dan ibu sendiri? Adakah kita saat ini masih menyimpan kesal kepada teman-teman kita karena masalah kecil? Adakah kita saat ini masih menyimpan rasa ghill terhadap saudara seiman seislam kita karena lantara mungkin nasibnya lebih baik dari kita?



Bila demikian halnya, bagaimana bisa terketuk hati ini ketika mendengar ada seorang muslim yang teraniaya, ada sekelompok masyarakat muslim yang diperangi,? Bagaimana mungkin kita mampu bangkit serentak manakala hak-hak muslim dirampas oleh kaum yang zalim? Bagaimana mungkin kita akan mampu menata kembali kejayaan ummat Islam?



Nah, dari sinilah seyogyanya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang sejauh mana kita telah memahami makna ukhuwah Islamiyah. Karena, justru dari sini pula Rasulullah mengawali amanah kerasulannya. Betapa rasul menyadari bahwa menyempurnakan akhlak pada hakikatnya adalah mengubah karakter dasar manusia. Karakter akan berubah seiring munculnya kesadaran setiap orang akan jati dirinya. Oleh karena itu, menumbuhkan kesadaran adalah Jihad karena kesadaran merupakan sebutir mutiara yang hilang tersapu berlapis-lapis hawa nafsu.



Manakala kesadaran telah tersemai, jangan heran kalau Sayyidina Umar bin khotob yang pemberang adalah manusia paling pemaaf kepada musuhnya yang telah menyerah di medan perang. Seorang sahabat menempelkan pipinya ditanah dan minta diinjak kepalanya oleh sahabat bekas budak hitam yang telah dihinanya. Para sahabat yang berhijrah bersama rasul ke madinah, dipertautkan dalam hati persaudaraan yang indah dengan kaum anshar, sementara kaum muslimin madinah ini rela berbagi tanah dan tempat tinggal dengan saudara-saudaranya seiman dan se aqidah tsb.



Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan dengan kemulian akhlak. Oleh karena itu tampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang menorehkan keluhuran akhlak. Pribadi pribadi yang aneka macam buah pikirannya, sesederhana apapun, adalah buah pikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah-masalah yang menggelayut pada dirinya sendiri maupun orang-orang di sekililingnya sehingga berdialog dengannya selalu membuahkan kelapangan.





Tatapan matanya adalah tatapan bijak bestari sehingga siapa pun niscaya akan merasakan kesejukan dan ketentraman. Wajahnya adalah cahaya cemerlang yang sedap dipandang lagi mengesankan karena menyemburatkan kejujuran itikad. Sementara itu senyum yang tak pernah lekang menghias bibirnya adalah sedekah yang jauh lebih mahal daripada intan mutiara. Tak akan pernah terucap dari lisannya, kecuali untaian kata-kata yang penuh hikmah, menyejukkan, membangkitkan keinsyafan, dan meringankan beban derita siapapun yang mendengarkannya.



Jabat tangannya yang hangat adalah jabat tangan yang mempertautkan seerat-eratnya dua hati dan dua jiwa yang tiada terlepas, kecuali diawali dan diakhiri dengan ucapan salam. Kedua tangannya teramat mudah terulur bagi siapapun yang membutuhkannya. Sementara itu bimbingan kedua tangannya, tidak bisa tidak, selalu akan bermuara di majelis majelis yang diberkahi Allah Azza Wa Jalla.



Dengan demikian ummat islam harus memamfaatkan momentum yang tepat saati ini agar menuju ukhuwah islamiyah dan jauh dari perpecahan ummat. Dan memiliki kalbu yang bersih bening dan selamat. Dan agar kita mampu menjaganya da merawat sebaik-baiknya. Agar iman islam bisa dimanifestasikan menjadi Rahmatan Lil `Alamiin.


syukron kepada akh lutfi atas tausiyahnya, semoga bermanfaat juga untuk para DA'I di TGP...???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar