Sabtu, 22 November 2008

TIDAKKAH KITA MENANGIS UNTUK AL-AQSHA?

TIDAKKAH KITA MENANGIS UNTUK AL-AQSHA?

Masjid Al-Aqsha Kiblat pertama dan masjid kedua yang dibangun di atas muka bumi ini. Ia juga merupakan wilayah Haram ketika setelah Makkah dan Madinah. Kaum muslimin dianjurkan untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsh dengan niat ibadah. Masjid Al-Aqsha adalah satu masjid dari empat masjid yang tidak dapat dimasuki Dajjal laknatullah di akhir zaman nanti. Oleh karena itu, maka hati setiap mukmin selalu condong kepadanya. Seperti terungkap dalam lembaran sejarah panjang kota Al-Quds. bahkan Shahabat Ali radiayallahu anhu mengatakan, “Alangkah aku inginya membangun satu balik lantai dari lantainya Baitul Maqdis”.

Masjid Al-Aqsha terus menjadi tempat suci bagi kaum muslimin, hingga pada zaman penjajahan Inggris sekalipun, ketika sekelompok Zionis berupaya mengklaim kepemilikan tembok al-Buraq. Salah satu dinding di bagian Barat Masjid AL-Aqsha. Maka lembaga Al-Buraq Internasional melancarkan serangannya, hingga terjadi revolusi Buraq pada tahun 1929 M. Namun lembaga-lembaga Eropa menegaskan bahwa Tembol Al-Buraq ini adalah milik kaum muslimin.

Pada perang 1948 Gerakan Zionis internasional belum bisa menjajah Masjid Al-Aqsha, walau mereka telah menduduki bagian Barat kota Al-Quds. Sementara Al-Aqsha terletak di bagian utara Al-Aqsha dan menjadi bagian dari otoritas Yordania dari tahun 1948 hingga tahun 1967 ketika Yordania bertekuk lutut kalah perang melawan Israel.

Maka saat itu, semua kaum yahudi bersuka ria. Mereka mengadakan pesta kemenangannya dengan meminum khamar di pelataran Masjid Al-Aqsha sebagai perayaan kemenangannya atas bangsa Arab serta jatuhnya al-Aqsha ke tangan mereka.

Pada tanggal 11 Juni 1967 atau empat hari setelah kemenangan atas Yordania, Israel mulai menghancurkan kompleks al-Mugahrabah yang terdiri dari 135 rumah bangsa Arab. Lalu pada tanggal 27 nya, pemerintahan Knesset mengeluarkan keputusan bahwa al-Quds teramsuk al-Aqsha berada dalam otoritas dan pemerintahannya dan menjadi bagian dari wilayah Israel. Besoknya mereka juga memproklamirkan kekuasaanya atas Al-Aqsha dan berikutnya mengambil alih Dewan Keamanan AL-Quds.

Yang lebih berbahaya dari tindakan mereka ini, adalah dimulainya penggalian di bawah Masjid Al-Aqsha untuk mengungkap Tembok Ratapan yang mereka klaim dan mengembalikan bangunan ini seperti semula, ungkapnya. Mereka bertujuan menghancurkan bangunan Al-Aqsha dengan alasan membangun tempat bersejarah peribadahan bangsa Yahudi.

Pada tanggal 12 Agustus 1967 para Rabi Yahudi Amerika, Inggris dan Prancis berkumpul di Al-Quds. Pada pertemuan itu menteri Agama Islam memproklamirkan kemerdekaan Al-Quds dan menempatkan semua tempat bersejarah Islam di sana termasuk tempat bersejarah Kristen serta bagian bersejarah Yahudi berada dalam otoritas pemerintah Israel. Kemudian bangsa yahudi mengklaim bahw al-Haram al-Quds adalah tempat paling mulia bagi bangsa Yahudi, walau masih menjadi tempat suci bagi agama lain.

Pada fase ini Israel belum berfikiran untuk membangun Haikal Sulaiman (Sinagog). Harusnya fikiran mereka dikembalikan pada masa itu. Akan tetapi ide semacam itu tidak akan menghalangi mereka untuk membangun tempat lain di sekitar al-Aqsha.

Termasuk dalam rangkaian penghancuran Israel terhadap Al-Aqsha dan penguasaan mereka terhadap tempat dimana akan didirikan Sinagog Yahudi, apa yang dilakukan seorang Zionis Austaralia, Denis Malik William Mochan (28 tahun) yang menyerukan yahudi radikal untuk membakar Masjid Al-aqsha pada tanggal 21 Agustus 1969.

Kerja sama antara Mochan dan Pemerintah Israel berhasil memutus aliran air ke Masjid Al-Aqsha sesaat menjelang kebakaran masjid terjadi. Mereka juga berupaya menghalangi warga Arab dan mobil kebakaran yang mau memadamkan api di masjid tersebut. api hampir saja melalap kubbah masjid, kalau warga Palestina tidak berbondong-bondong bahu-membahu memadamkan api tersebut. Namun demikian kaum muslimin tidak dapat menyelamatkan mimbar masjid dan melahap bagian selatannya serta menghanguskan tiga atap dan bagian terbesar dari sudut Al-Aqsha.

Sementara itu, pihak Israel mengklaim, kebakaran terjadi akibat konslet instalasi listrik. Namun menurut tim teknik Arab menjelaskan bahwa kebakaran terjadi akibat disengaja oleh orang-orang yang menginginkannya. Pernyataan ini memaksa pemerintah Israel untuk mengumumkan bahwa penyebab kebakaran akibat ulah Mochan, seorang Australia yang datang empat bulan sebelum kebakaran terjadi.

Pernyataan ini ditampik pihak Arab yang menyebutkan, Mochan dalam aksi itu, sebab Mochan dikenal sebagai seorang Zionis Kristen. Dan menurut Golda Meir, saat kebakaran terjadi kondisi Mochan dalam situasi terburuk. Ia baru bisa bernapas lega sehari setelah kebakaran itu. Ia takut aksinya itu diketahui bangsa Arab. Tentunya mereka akan menuntut balas pada Mochan. Ia tampak gembira sekali, ketika pengadilan Israel memutuskan sangsi bagi Mochan yang ternyata ringan sekali.

Inilah tragedi bagi Al-Aqsha pada tahun 1969. Entah apa yang akan terjadi pada tahun 2008 ini? Pernahkan kita mendengar salah seorang pemimpin ummat mengingat peristiwa ini dan mengecamnya? Masih adakah peringatan khusus bagi peristiwa yang memilukan ini dari bangsa muslimin ? sayang…

Kita mengklaim mencintai Masjid Al-Aqsha, tapi yang perlu diingat oleh kita, hari ini, Masjid Al-Aqsha tidak lagi ditangisi. (asy)

Oleh : Dr. Zakaria Al-Sinwar (Harian Palestina)
dikirim oleh saudari Tris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar